SEKILAS TENTANG ISIS
Negara
Islam Irak dan Syam
I.
Pendahuluan
Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di
dunia, gerakan radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) mampu menyedot
perhatian masyarakat Indonesia. Banyak pihak yang khawatir gerekan tersebut
tumbuh subur di Indonesia. ISIS bermula pada tahun 2003. Tahun itu, AS
menginvasi Irak karena negara itu dituduh terkait dengan kegiatan terorisme dan
punya senjata pemusnah massal. Ketika itu, Saddam Hussein adalah penguasa Irak.
Saddam merupakan bagian dari golongan minoritas Sunni (sekitar 20 persen dari
populasi) yang merepresi mayoritas Syiah (63 persen dari populasi).“AS
menaklukkan Irak dengan cepat. Namun, AS tidak punya rencana untuk Irak. Sejak
itu, kaum mayoritas Syiah mengambil alih kekuasaan dan pada gilirannya
merepresi golongan Sunni.Kemudian muncul pemberontakan dari golongan Suni yang
tersisa di Irak. Salah satu pemberontakan tersebut di bawah pimpinan Abu Bakar
al-Baghdadi. Irak pun jatuh dalam perang saudara berdarah tahun 2006. Sejak
itu, warga Irak terbelah berdasarkan agama, Sunni yang umumnya tinggal di utara
dan Syiah yang umumnya di selatan.Kemudian pada tahun 2010 muncul gejolak di
Suriah dan terjadi perang saudara di Suriah. Semakin lama perang itu
berlangsung, semakin banyak kelompok-kelompok milisi asing bergabung dalam
peperangan itu. Kebanyakan dari mereka datang karena alasan agama. Mereka
bertujuan dapat mendirikan sebuah negara Islam di kawasan itu, salah satunya
adalah Abu Bakr al-Baghdadi. Dia memanfaatkan situasi yang berlangsung di
Suriah untuk mendirikan negara Islam di kedua negara tersebut. “Dari latar
belakang tersebut, sebenarnya ISIS muncul dari isu politik lokal, tetapi mereka
mengambil simpati dari umat Islam seluruh dunia. Saat ini, Abu Bakr al-Baghdadi
tidak hanya mengupayakan merdekanya Irak dan Suriah, dia saat ini memiliki
cita-cita untuk menegakan khilafah islamiyah. “Konsep Khilafah Islamiyah ini
tidak mengenal batas teritorial, yang menjadi batas hanyalah keimanan dan
keyakinan seseorang. Jadi Abu Bakr al-Baghdadi ingin menyatukan seluruh dunia
dalam satu pemerintahan yang berdasarkan aturan Islam. Indonesia sebagai negara
yang mayoritas penduduknya bergama Islam dan jumlahnya terbesar di dunia, maka
besar kemungkinan Indonesai menjadi target dari ISIS dalam upayanya menegakan
khilafah tersebut.“Jika kita melihat dokumen yang dikeluarkan ISIS ada beberapa
poin yang itu harus di ikuti oleh pengikutnya, seperti mengibarkan bendera ISIS
yang berkalimat sahadat, setiap orang yang sudah dibait wajib membentuk
bataliyon, dan siap mati demi tegaknya khilafah. Dan bagi siapa saja membiarkan
negara dalam hukum kafir dia adalaha bagian dari orang kafir. Doktrin-doktrin
yang dikelaurkan oleh ISIS tersebut dapat memicu tindakan radikal dari
sekelompok masyarakat Indonesia yang merasa sejalan dengan gerakan ISIS
tersebut. ISIS dikenal karena
memiliki interpretasi atau tafsir yang keras pada Islam
dan kekerasan brutal seperti bom bunuh diri, dan menjarah bank. Target serangan
ISIS diarahkan terutama terhadap Muslim Syiah dan Kristen. Pemberontak di Irak dan Suriah ini
telah menewaskan ribuan orang. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan
lebih dari 2.400 warga Irak yang mayoritas warga sipil tewas sepanjang Juni
2014. Jumlah korban tewas ini merupakan yang terburuk dari aksi kekerasan di
Irak dalam beberapa tahun terakhir. Aksi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)
ini telah menyebabkan tak kurang dari 30.000 warga kota kecil di timur Suriah
harus mengungsi.Tokoh Sentral di Balik Militan ISIS adalah Abu Bakar
al-Baghdadi. Di bawah kepemimpinannya, ISIS menyatakan diri untuk bergabung
dengan Front Al Nusra, kelompok yang menyatakan diri sebagai satu-satunya
afiliasi Al-Qaidah di Suriah. ISIS memiliki hubungan dekat
dengan Al-Qaeda hingga tahun 2014. Namun karena misi berbelok dari
misi perjuangan nasional dengan menciptakan perang sektarian di Irak
dan Suriah dan penggunaan aksi-aksi kekerasan, Al-Qaidah lalu tidak mengakui kelompok ini sebagai bagian
darinya lagi. Abu Bakar al-Baghdadi bahkan bersumpah untuk memimpin penaklukan
Roma. Pemimpin militan ISIS Abu Bakar al-Baghdadi ini juga menyerukan umat
Islam untuk tunduk kepadanya.
II.
Ideologi dan kepercayaan
ISIS adalah kelompok
ekstremis yang mengikuti ideologi garis keras Al-Qaidah dan menyimpang dari prinsip-prinsip jihad.
Seperti al-Qaeda dan banyak kelompok jihad modern lainnya, ISIS muncul dari
ideologi Ikhwanul Muslimin,
kelompok Islam pertama di dunia pada tahun 1920-an di Mesir.ISIS mengikuti
ekstrim anti-Barat yang menurutnya sebagai penafsiran Islam, mempromosikan
kekerasan agama dan menganggap mereka yang tidak setuju dengan tafsirannya
sebagai kafir dan murtad. Secara bersamaan, ISIS (sekarang
IS) bertujuan untuk mendirikan negara Islam Salafi
yang berorientasi di Irak, Suriah dan bagian lain dari Syam.
Ideologi ISIS berasal
dari cabang Islam modern yang bertujuan untuk kembali ke masa-masa awal Islam,
menolak "inovasi" dalam agama yang mereka percaya telah
"korup" dari semangat aslinya. Mengutuk kekhalifahan terakhir dan
kekaisaran Ottoman karena menyimpang dari apa yang mereka sebut sebagai Islam
murni dan karenanya telah berusaha untuk membangun kekhalifahan sendiri. ISIS
percaya bahwa hanya otoritas yang sah dapat melakukan kepemimpinan jihad, dan
bahwa prioritas pertama atas pertempuran di daerah lain, seperti berperang
melawan negara-negara non-Muslim, adalah sebagai pemurnian masyarakat Islam.
Misalnya, ketika memandang konflik Israel-Palestina, karena ISIS menganggap
kelompok Sunni Palestina Hamas sebagai murtad yang tidak memiliki
kewenangan yang sah untuk memimpin jihad, mereka anggap melawan Hamas sebagai langkah
pertama sebelum menuju konfrontasi dengan Israel.
III.
Sejarah Negara Islam Iraq Dan Syam
ISIS sebelumnya
adalah bagian dari Al-Qaidah. Dibawah kepemimpinan Abu Bakar al-Baghdadi ISIS
sempat menyatakan diri bergabung dengan Front Al Nusra, kelompok yang
menyatakan diri sebagai satu-satunya afiliasi Al-Qaidah di Suriah. Namun karena metode ISIS/ISIL
dianggap bertentangan dengan Al-Qaidah lantaran telah berbelok dari misi
perjuangan nasional dengan menciptakan perang sektarian di Irak dan Suriah,
ISIS dianggap tidak lagi sejalan dengan Al-Qaidah. Sebagai balasannya, Front Al-Nusra lalu melancarkan
serangan perlawanan terhadap ISIS/ISIL guna merebut kembali kontrol atas Abu
Kamal, wilayah timur Suriah yang berbatasan dengan Irak. Namun karena
kebrutalan dan ambisi dari ISIS yang tidak segan melakukan penyiksaan bahkan
pembunuhan terhadap para penentangnya, ISIS bisa menguasai sebagian besar
wilayah Irak. Bahkan dibawah kepemimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi ISIS
mendeklarasikan Negara Islam di sepanjang Irak dan Suriah dan juga menyatakan
Al-Baghdadi akan menjadi pemimpin bagi umat muslim di seluruh dunia.
Pada 15 Mei 2010
diangkatlah pemimpin baru yaitu Abu Bakar Al-Baghdadi untuk menggantikan Abu
Umar Al Baghdadi yang telah meninggal. Seiring dengan Revolusi di Jazirah Arab
yang dikenal dengan Musim Semi Arab dalam
menumbangkan para diktator seperti yang terjadi di Tunisia, Libya dan Mesir,
maka terjadi pula revolusi di Suriah, hanya saja demonstrasi rakyat di Suriah disambut
dengan kekerasan dari Tentara Presiden Bashar Assad. Akibatnya Rakyat Suriah melakukan perlawaan
dalam kelompok-kelompok bersenjata. Kelompok-kelompok ini dibantu oleh para
pejuang dari luar negeri termasuk dari Negara Islam Irak. Dan ketika
kelompok-kelompok pejuang rakyat Suriah ini akhirnya mampu membebaskan beberapa
kota termasuk wilayah perbatasan dengan Irak maka menyatulah beberapa kota di
Irak dan di Suriah dalam kontrol Negara Islam Irak. ISIS dianggap lebih
berbahaya ketimbang Al-Qaidah karena mempunyai ribuan personel
pasukan perang, yang siap mendeklarasikan perang terhadap mereka yang dianggap
bertentangan atau menentang berdirinya negara Islam. Mereka menjadi kekuatan
politik baru yang siap melancarkan serangan yang jauh lebih brutal daripada Al-Qaidah. Gerakan revolusi yang mulanya mempunyai misi mulia
untuk menggulingkan rezim otoriter ini berubah menjadi tragedi. ISIS menjadi
sebuah kekuatan baru yang siap melancarkan perlawanan sengit terhadap rezim
yang berkuasa yang dianggap tidak mampu mengemban misi terbentuknya negara Islam.
Ironisnya, mereka mengabsahkan kekerasan untuk menindas kaum minoritas dan
menyerang rezim yang tidak sejalan dengan paradigma negara Islam. ISIS menjadi
kekuatan politik riil dengan ideologi yang jelas dan wilayah yang diduduki
dengan cara-cara kekerasan.
IIV.
Tujuan
Dari awal sampai pada
pembentukan negara Islam murni telah menjadi salah
satu tujuan utama dari ISIS. ISIS akhirnya mencapai tujuannya pada tanggal 29 Juni
2014, ketika itu dihapus "Irak dan Levant" dari namanya, dengan mulai
menyebut dirinya sebagai Negara Islam, dan menyatakan wilayah okupasi di Irak
dan Suriah sebagai kekhalifahan baru. Pada tanggal 4 Juli
2014, Persatuan Ulama Muslim Se-Dunia (IUMS), yang dipimpin
oleh Syaikh Yusuf Qaradhawi,
mengeluarkan pernyataan bahwa deklarasi khilafah yang dilakukan ISIS untuk
wilayah di Irak dan Suriah tidak sah secara syariah Islam. Pada pertengahan
2014, kelompok ini merilis sebuah video berjudul "The End of Sykes-Picot"
berbahasa Inggris kebangsaan Chili bernama Abu Safiya. Video ini mengumumkan
niatan kelompok ini untuk menghilangkan semua perbatasan modern antara
negara-negara Islam Timur Tengah, khususnya mengacu pada perbatasan yang
ditetapkan oleh Perjanjian Sykes-Picot selama Perang Dunia I.
V.
Propaganda dan media sosial
Kelompok ISIS ini
juga dikenal untuk penggunaan efektif propaganda. Pada bulan November 2006, tak
lama setelah pembentukan Negara Islam Irak, kelompok mendirikan Institut
Produksi Media al-Furqan, yang memproduksi CD, DVD, poster, pamflet, dan produk
propaganda-web terkait. Outlet utama Media ISIS ini adalah I'tisaam Media
Foundation, yang dibentuk Maret 2013 dan mendistribusikan melalui Global
Islamic Media Front (GIMF). Pada tahun 2014, ISIS mendirikan Al Hayat Media
Center, yang menargetkan audiens Barat dan menghasilkan materi dalam bahasa
Inggris, Jerman, Rusia dan Perancis. Pada tahun 2014 juga meluncurkan Ajnad
Media Foundation, yang melantunkan nasyid jihad.
VI.
PENDANAAN
Sebuah studi dari 200
dokumen -surat pribadi, laporan pengeluaran dan daftar nama- diambil dari
keanggotaan Al-Qaeda di Irak dan Negara Islam Irak yang dilakukan oleh RAND Corporation
pada tahun 2014. Ditemukan bahwa dari tahun 2005 sampai 2010, sumbangan dari
luar hanya sebesar 5% dari anggaran operasional kelompok, dengan sisanya
dibesarkan di Irak. Dalam periode waktu yang diteliti, pos-pos yang diperlukan
untuk mengirim hingga 20% adalah pendapatan hasil dari penculikan, pemerasan
dan kegiatan lainnya ke tingkat berikutnya dari pemimpin kelompok itu. Komandan
tingkat tertinggi kemudian akan mendistribusikan dana untuk pos-pos provinsi
atau lokal yang sedang dalam kesulitan atau membutuhkan uang untuk melakukan
serangan. Catatan menunjukkan bahwa Negara Islam Irak tergantung pada uang
tunai anggota dari Mosul, yang kepemimpinan digunakan untuk menyediakan dana
tambahan untuk berjuang secara militan di Diyala, Salahuddin dan Baghdad. Pada
pertengahan 2014, intelijen Irak mengorek informasi dari operasi ISIS yang
mengungkapkan bahwa organisasi memiliki aset senilai US $ 2 miliar,
menjadikannya kelompok jihad terkaya di dunia. Sekitar tiga perempat dari
jumlah ini dikatakan diwakili oleh aset yang disita setelah kelompok mengambil Mosul
pada bulan Juni 2014, termasuk mungkin US $ 429.000.000 dijarah dari bank
sentral Mosul, serta jutaan tambahan dan sejumlah besar emas batangan yang
dicuri dari bank lain di Mosul. ISIS secara rutin melakukan pemerasan, dengan
menuntut uang dari sopir truk dan mengancam akan meledakkan bisnis, misalnya.
Merampok bank dan toko emas telah menjadi sumber pendapatan lain. Kelompok ini
secara luas dilaporkan telah menerima dana dari pendonor swasta di
negara-negara Teluk, baik Iran dan Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki menuduh Arab Saudi dan Qatar telah mendanai ISIS, meskipun tidak
dilaporkan ada bukti bahwa hal ini terjadi. Kelompok ini juga diyakini menerima
dana yang cukup besar dari operasinya di Timur Suriah, di mana ia telah
mengkomandoi ladang minyak dan terlibat dalam menyelundupkan bahan baku dan
artefak arkeologi. ISIS juga menghasilkan pendapatan dari produksi minyak
mentah dan menjual tenaga listrik di Suriah utara. Beberapa listrik ini
kabarnya dijual kembali kepada pemerintah Suriah. Dengan pendanaan ini ISIS
telah menggunakan rudal Stinger ke udara, M198 howitzer, senjata DShK yang
dipasang pada truk, senjata anti-pesawat, tembak dorong otomatis dan setidaknya
satu rudal Scud. Ketika ISIS menaklukan Mosul pada bulan Juni 2014, mereka
menyita sejumlah helikopter Blackhawk UH-60 dan pesawat kargo yang ditempatkan
di sana. ISIS menangkap bahan nuklir dari Mosul University pada Juli 2014.
Dalam sebuah surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, duta PBB Irak, Mohamed Ali Alhakim mengatakan
bahwa bahan-bahan tersebut telah disimpan di universitas dan "dapat
digunakan dalam pembuatan senjata kenacuran massal". Ahli nuklir
menganggap sebagai ancaman signifikan.
Disunting
DBS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Komentar anda di sini.